a girl with beautiful day
(sequel of a fools only tears)
28
adalah sebuah angka biasa bagi orang-orang. Juli adalah bulan ke 7 dalam setiap
tahunnya, dan orang juga akan menganggapnya biasa. 1996 adalah 16 tahun yang
lalu. Jika ketiga angka di atas dirangkaikan akan membentuk sebuah tanggal 28 7
1996. Orang pasti akan menganggap itu sebagai hal biasa. Namun tidak dengan ku.
Tanggal di atas adalah tanggal yang sangat bersejarah bagi gadis remaja seperti
diri ku. Karena disaat itulah, hari pertama ku menjalani kehidupan di dunia
sebagai seorang bayi perempuan kecil yang akhirnya akan tumbuh menjadi gadis
dewasa yang penuh dengan cita-cita.
~KEISYA DEVI AURORA PUTRI~
~18 7 2012~
Aku nampak galau dan sesekali memandangi sebuah kalender
yang terdapat di aplikasi ponsel ku. Masih teringat jelas beberapa bulan yang
lalu, aku mendapat sebuah berita yang sukses membuat ku berhari-hari galau.
Yap…kalian sudah tahu tentu saja ini karena Bigbang, idolaku. Idola yang selalu
membuat ku galau. Aku sendiri pun tidak tahu mengapa aku bisa suka pada mereka,
padahal jika dilihat mereka sering sekali membuat ku galau, bahkan menangis. Di
dunia ini mana ada seorang idola yang membuat fansnya menangis kecuali Bigbang.
Dan bodohnya lagi aku tidak bisa membencinya, membenci orang-orang yang selalu
membuat ku menangis.
Aku duduk di bawah pohon beringin yang rindang
sembari memikirkan hal-hal yang selalu membuat ku galau. Meskipun aku sudah
bisa sedikit demi sedikit melupakan segala kegusaran ku, namun aku merasa bahwa
kegusaran ku yang satu ini tidak dapat ku lupakan bahkan lenyap dari pikiran
ku. Sekarang tanggal 18 7 2012, sepuluh hari ke depan adalah 16 belas tahun
sudah ku mengarungi kehidupan sebagai seorang gadis. Menjadi seorang gadis
remaja yang penuh dengan angan-angan setelah mengenal Bigbang tiga tahun yang
lalu.
“Devi !!”, seru seseorang seraya melambaikan
tangannya padaku. Aku menoleh ke arahnya dan ku lihat Hellen, Elis, Eka, dan
juga Reva yang berjalan berbarengan ke arah ku. Sesaat aku menyunggingkan
senyum simpul ku kepada mereka dan tetap memperhatikannya sampai mereka tiba di
tempat ku duduk.
“Vi !! lagi nagapain ??”, tanya Reva, padaku seraya
menyambar ponsel yang tadi ku pegang.
“ohh…tidak, aku sedang tidak melakukan apa-apa.
Hanya duduk menikmati angin yang bertiup sepoi-sepoi, sangat nyaman !!”, jawab
ku.
“ehh,,,Vi, udah tahu berita belum ??”, tanya Eka
padaku. Aku hanya menatapnya heran yang berisyarat bahwa aku tidak mengerti
dengan apa yang Eka katakan. “kau tahu kan bahwa akan ada pengkaderan yang
diladakan sekolah bagi siswa baru dan siswa lama yang belum mengikutinya !!”, lanjutnya.
“hmm…iya, I know, why ??”, tanya ku.
“itu akan diadakan pada tanggal 25-28 bulan ini
!!”, jawab Elis antusias. Mendengar itu aku hanya diam dan tak menanggapi
apa-apa. Ya…Allah, itu berarti aku tidak akan merayakan ulang tahun ku bersama
keluarga ku. Sesaat itu, sudah ada Raisya dan juga Ekky yang bergabung dengan
kami. Entah sejak kapan mereka datang.
“Vi,, kamu kenapa ?? kok gusar banget ??”, tanya Raisya
sembari duduk di samping ku.
“ahh..Tidak, aku hanya memikirkan tanggal diadakannya
pengkaderan di sekolah kita”, jawab ku sembari lagi-lagi tersenyum simpul.
“ohh..Vi, itu ulang tahunmu kan ?? tanggal 28 bulan
ini benar kan !! aku baru mengingatnya !!”, seru Hellen angkat bicara yang
sedari tadi hanya diam.
“waahh…benar unnie itu ulang tahun mu, terus apa
hubunganya dengan pengkaderan ??”, tanya Raisya yang ternyata masih bingung
dengan maksud Hellen.
“eohh…hubungannya adalah pengkaderan akan dilaksanakan
pada tanggal 25-28 bulan ini, itu artinya ulang tahun Devi pas hari terkhir
pengkaderan itu”, jawab Hellen. Sejenak mereka hanya terdiam sembari
memperhatikan ku. Aku masih diam sembari memandang kosong ke segala arah.
“Hai..Vi, melamun lagi !!”, kata Ekky sembari
mengguncangkan bahuku.
“hmmm…ada sesuatu yang tak beres dengan mu unn, ini
pasti bukan itu, ada apa katakanlah unn ??”, desak Raisya pada ku dan dibarengi
anggukan yang lainnya.
“hufftt..aku hanya berfikir tentang harapan ku
nanti di ulang tahun ku, kalian tahu kan aku ini seorang gadis remaja dengan
penuh angan-angan dalam hidupku”, jawab ku.
“eohh..memang apa harapan mu nanti di hari ulang
tahun mu ??”, tanya Ekha penasaran.
“ya…elah…bagaimana sih kamu, jika diberi tahukan
harapan itu tidak akan terkabul !!”, sela Ekky.
“isshh…tapikan tidak selamanya seperti itu !!”,
sangkal Ekha. “Devi ayo, beri tahu harapan mu ke kita !!”, lanjut Ekha.
“Jangan Vi, jangan nanti harapan mu tidak
terkabul”, kata Ekky lagi. Sesaat kemudian yang lain sudah ikut memperdebatkan
tentang harapan ku. Aku hanya terkekeh melihat tingkah mereka yang kocak.
Daripada perdebatan ini berlanjut ku putuskan untuk memberi tahu mereka.
“hei…ok, stop…stop !! harapan ??!!! harapan ku di
ulang tahun ku nanti hanya satu. Aku hanya ingin Allah mempertemukan ku dengan
Bigbang di hari special ku”, jelas ku pada mereka. Mereka hanya terdiam sembari
menatap ku dengan iba. Yah…aku tahu mereka pasti berfikir bahwa aku selalu
bermimpi untuk bertemu dengan Bigbang.
“ya…ampun Vi, kamu masih saja galau dengan berita
kedatangan Bigbang ??”, tanya Hellen padaku.
“heii…kedatangan Bigbang di Jakarta itu tanggal 13
dan 14 oktober, lagian itu juga bertepatan dengan hari ulang tahun mu, tapi
yang ku inginkan itu tanggal 28 juli”, sangkal ku.
“bagaimana bisa ?? ya…ampun Vi…Vi, kamu ini.
Sudahlah lupakan Bigbang, impian mu itu terlalu tinggi. Kamu dan Bigbang itu
ibarat langit dan Bumi !!”, saran Elis
“isshh…melupakan !! aku pun telah mencoba, tapi aku
tak tahu mengapa aku tidak pernah bisa melupakannya. Aku merasa ketika aku
melupakan Bigbang saat itu juga aku akan membunuh diri ku secara perlahan”,
jelas ku.
“sudahlah unn. Serahkan segalanya kepada Allah,
jika memang unnie sudah berusaha”, tutur Raisya. Sesaat itu juga bel berbunyi,
pertanda pelajaran berikutnya akan segera dimulai.
*****
~27 7 1996~
Sudah tiga hari dua malam pengkaderan itu
dilaksanakan, dan tentunya hari ulang tahun ku semakin dekat. Sepertinya yang
mereka katakan itu benar. Aku terlalu banyak bermimpi dan berangan yang ku tahu
itu mustahil. Entah mengapa semenjak aku mengenal Bigbang impian dan angan ku
semakin bertambah 2x lipat. Seperti biasa, pagi ini aku kembali terduduk dalam
diam sembari mentap layar ponsel ku dan berharap keajaiban datang tepat pada
tangal 28. Yah…benar bertemu dengan Bigbang tepat di hari ulang tahun ku, aku
rasa itu sangat mustahil. Namun, keteguhan hati ku tak pernah menyurutkan
keinginan ku untuk bertemu dengan mereka.
Lama aku terdiam dalam hening dan tetap memohon
memanjatkan seutas do’a agar aku dapat bertemu dengan Bigbang. ‘Kyori kago bomi
chajeoyeo iruem senggil ko, geureum soge momi maeum dwereojyeo…I’m singing ma
blues !!’ begitulah bunyi nada dering dari ponsel ku yang memecah keheningan
dan membangunkan ku dari lamunan ku. Ku lihat di layar ponsel ku tertera nama
ibu ku. ‘ibu ?? mengapa ibu menghubungi ku ??’, timbul pertanyaan di benak ku.
“assalammualaikum ibu ada apa ??”, tanya ku segera
setelah mengangkat telpon beliau.
‘waalaikumsalam, ahh…tidak aku hanya ingin
bertanya, apakah kegiatan pengkaderan mu itu belum selesai ?? jika belum kapan
selesai ??’, tanya beliau. Aku heran tidak biasanya ibu bertanya seperti ini
pada ku.
“eohh…belum bu, belum selesai ! masih ada satu
hari, sepertinya besok baru selesai”, jawab ku dengan masih diselimuti rasa heran
sekaligus bingung.
‘ahhh…tidak bisakah kau pulang hari ini ??’, tanya ibu
ku lagi. Ada apa sebenarnya, mengapa ibu bertanya seperti itu. Semakin lama
rasa penasaranku semkin memuncak.
“entah lah aku tidak tahu !! memangnya apa yang
sudah terjadi ??”, tanya ku semakin penasaran.
‘ceritanya panjang !! lebih baik kau pulang
terlebih dahulu, setelah itu ibu akan menjelaskan semuanya !!’, terang ibu ku.
Ahhh…bagaimana ini ?? pulang ??!! apakah itu diperbolehkan ?? selain itu aku
ini seorang panitia !!.
“ya..sudah nanti aku akan mencoba meminta izin pada
senior !!”, seru ku.
‘kalau begitu pulang hari ini, harus hari ini !!’,
tutur ibu ku lagi. ‘assalammualaikum!!’, sambung ibu ku.
“walaikumsalam !!”, jawab ku sembari mengakhiri
panggilan ibu. Masih terpikir di otak ku apa yang harus ku lakukan ??.
Ya…Allah, apa yang harus ku lakukan ??.
*****
Setelah meminta izin pada senior, aku bergegas
memberesi barang-barang ku dengan perasaan khawatir, tegang, bingung, dan juga
penasaraan. Semuanya teraduk menjadi satu dalam hati ku. Dengan jalan yang
sedikit terengah ku arahkan pandangan ku ke sekeliling halte bus. Setelah bus
sampai, aku segera naik dan mencari tempat duduk. Di dalam bus aku hanya
memikirkan kira-kira apa yang akan dijelaskan oleh ibu ku. Setelah sampai di
halte bus berikutnya yang memang letaknya tak jauh dari rumah, ku langkahkan
kaki ku menuju rumah. Dengan perasaan khawatir ku membuka pintu.
“assalammualaikum !!”, seru ku sembari masuk ke dalam
rumah.
“waalaikumsalam !! Devi kamu sudah pulang ??”,
jawab ibu ku dari dalam rumah.
“ibu, sebenarnya ada apa sih ?? mengapa ibu tak menunggu
ku sampai besok pulang !!”, kata ku yang memberondonginya dengan berbagai
pertanyaan. Memuncak sudah rasa penasaran ku, yang tak dapat ku tahan dari
loncatan hati ku.
“ayah mu !!”, jawab ibu singkat.
“ayah !!?? memangnya apa yang terjadi dengan ayah
??”, tanya ku semakin penasaran.
“kau tahu kan ayah mu sedang mengadakan perjalanan
bisnis ke Goungzhuo China beberapa hari yang lalu ??!! beliau jatuh sakit di
sana dan kita harus segera menyusulnya”, jelas ibu ku. Entah bagai petir yang
menyambar hati ku dan bagaikan pelumas yang melemaskan sendi-sendi ku. Aku tak
dapat mengatakan apa-apa bagai mulut yang bisu. Benarkah itu Ya…Allah, ayah
sakit dan itu disaat aku akan menambah usia ku, bisikku pada Allah dalam hati
ku. Aku hanya diam bediri dengan pikiran tak menentu.
“lebih baik sekarang kamu bereskan barang-barang mu
kita akan berangkat hari ini !!”, titah ibu pada ku. Aku menuruti apa yang ibu
katakan sembari berjalan dengan pikiran yang masih tak menentu. Ya…Allah,
sembuhkan ayah ku segera, aku merindukannya, jangan biarkan dia jatuh sakit
disaat aku berulang tahun, bisik ku lagi dalam doa ku.
Semua telah selesai ku bereskan, aku berjalan
sembari membawa barang-barang ku keluar rumah. Aku menatap ibu ku nanar, dengan
penuh kekecewaan. Entah apa yang mendorong air-air bening ini untuk turun dari
pelupuk mata ku dan membasahi pipi serta blous yang ku pakai.
“sayang !! tenang saja, tidak akan ada sesuatu yang
terjadi pada ayah, ayah akan baik-baik saja, kita berdoa kepada Allah, semoga
Allah menjaga ayah mu !!”, tutur ibuku sembari mengusap-usap rambut ku halus.
Sedetik aku pun sudah berhambur, tenggelam dalam pelukan ibu ku. Aku tahu ibu
berkata seperti itu untuk menghiburku dan juga agar aku tidak terlalu khawatir.
Andai ayah yang sedang membelai ku.
*****
~28 07 2012~
Cuaca yang tidak begitu dingin di
kota Gongzhuo China. Yap, di sinilah aku sekarang berada di Negara Tirai Bambu
untuk menjenguk sekaligus menjemput ayah ku yang sakit.
‘China’s
international Airport’, begitulah aku membaca papan besar
yang terletak di depan pintu keluar dan juga tentunya pintu masuk. Setelah
melakukan perjalanan kurang lebih 6 jam, aku sudah berada di sini China, untuk
menjenguk sekaligus menjemput ayah. Ya…Allah, aku harap ayah tidak ada sesuatu
yang terjadi pada ayah ku. Aku terus meminta dan meminta agar Allah mengabulkan
doa ku, doa pertama yang ku panjatkan pada waktu pergantian hari, pergantian
hari ke ulang tahun ku.
Selama menuju hotel tempat ayah
beristirahat, tak henti-hentinya ku panjatkan doa, sepanjang perjalanan.
Setelah sampai di hotel yang kami maksud, hati ku merasa berat ketika
menerawang hotel itu. Sekali lagi aku berdoa di ulang tahun ku, Ya Allah aku
harap ketika bertemu dengan ayah tidak terjadi apa-apa padanya. Ku langkahkan
kaki ku menuju ke hotel. Aku berjalan mengekori ibu dan menatap ke tanah tempat
ku berpijak.
“bu, mengapa ayah tidak dirawat di
rumah sakit ??”, tanya ku heran. Benarkan, seharusnya orang yang sakit mesti
dirawat di rumah sakit, tapi mengapa ayah tidak dirawat di rumah sakit malah
dirawat di sebuah hotel.
“entahlah, ibu juga tidak tahu
sayang !! kita doakan, saja semoga penyakit ayah tidak terlalu parah !!”, seru
eomma ku. Yap…aku berharap Ya Allah. Hanya engkaulah Maha Mengetahui, lagi Maha
Penyayang.
Kami berdua berjalan, melewati
koridor dan menaiki sebuah lift. Ibu menekan angka 7, itu berarti kamar ayah,
terletak di lantai 7. Setelah sampai di lantai 7, kami berdua berjalan mencari
no kamar yang tertera pada secarik kertas. Sejenak ku melirik kertas itu, dan
akhirnya ibu menemukannya. Yap…kami berdua sekarang tepat berada di depan kamar
bernomer 287. Hatiku bergetar hebat ketika ibu hendak memencet bel. Aku tidak
kuat, tidak kuat melihat kenyataan orang yang sangat ku sayangi sedang
terbaring lemah di dalam dengan selang infuse yang mengaliri vitamin sekaligus
obat mesuk ke dalam tubuhnya. Ya…Allah, ku mohon kuatkan aku, kuatkan hati ku.
‘cleekk
Ibu membukanya, dan kami berdua
pun masuk. Ku telisik ruangan itu, tak terlihat batang hidung siapa pun di
sini. Tepatnya lagi, ruangan ini seperti tak berpenghuni. Aku dan ibu ku terus
melangkah menelusuri kamar ini, dan mencari di mana ayah ku.
“eeoohh, kalian sudah datang”,
pekik seseorang yang keluar dari arah dapur yang masih lengkap menggunakan
celemek memasak. Degh’!!. Apa ini ?!? ayah tidak kenapa-kenapa. Malahan ia
dengan sehatnya berdiri di depan ku dan dengan ekspresi ceria.
“mengapa ayah memasak, jika ayah
sakit kan bisa panggil sekretasis ayah, atau asisten ayah, mengapa ayah malah
memaksakan diri seperti ini ??”, tukas ku seraya melepas celemek yang ayah
kenakan tadi dan menyuruhnya untuk duduk di sofa.
“tunggu !! sakit ??”, tanya ayah
yang seakan tak mengerti dengan keadaannya. Aku hanya mengangguk menjawab
pertanyaan beliau. Ibu memandang ayah dan tersenyum renyah.
“sayang, ayah tidak sakit. Ayah
baik-baik saja, dan lihat ayah sehat kan !! tidak terlihat sedikit pun sakit”,
terang beliau seraya mengusap kepala ku yang terbalut sebuah jilbab yang senada
dengan baju yang aku kenakan.
“tapi, tapi.. ibu bilang kalu ayah
sakit, dan kita harus menyusul ayah ke sini !!”,sangkal ku.
“hahaha..sudahlah ayo kita makan
!! eoh..iya Selamat Hari jadi mu yang ke 16 nak, ayah harap Allah memberikan
yang terbaik untuk mu, ayah sayang pada mu nak”, kata beliau seraya menarik ku
ke dalam pelukannya.
“iya sayang, selamat ulang tahun,
maafkan ibu yang membuat mu menangis di hari ulang tahun mu”, kata ibu ku yang
juga memeluk ku dan mencium pipi ku. Apa ini ?? jadi mereka berbohong.
“kalian jahat…”, kata ku
meninggalkan mereka berdua menuju balkon. Ya Allah, mengapa mereka melakukan
itu. Mengapa ibu bohong pada ku, aku sayang mereka dan mengapa mereka hampir
saja membuat ku mati karena penyakit jantung.
“sayang maafkan ibu. Ibu tidak
bermaksud membohongi mu sayang. Ibu tahu, ibu salah membuat mu menangis di hari
yang paling berharga bagi mu”, kata beliau yang langsung membelai rambut ku
dari belakang.
“iya ibu. Ibu tidak salah kok !!
aku merasa bersyukur karena Allah benar-benar Maha Adil, memberikan ku orang
tua seperti kalian yang menyayangi ku. Aku mengira hari ini aku tidak bisa
merayakannya bersama kalian”, kata ku yang sedetik itu menghambur ke
pelukannya. Dan mulai terisak.
“sudah sayang jangan menangis,
kita makan dan nanti setelah maghrib kita jalan-jalan”, saran ibu pada ku. Aku
mengangguk dan mengikuti ibu ke meja makan.
*****
Maghrib pun tiba, aku bersama
dengan keluarga ku shalat berjamaah. Dalam sujud ku, aku berdoa, bersyukur
dengan semua nikmat yang telah Allah berikan kepada ku, yaitu keluarga yang
sangat menyayangi ku.
“sayang, kamu sudah siap ??”,
panggil ayah kepada ku.
“ya..yah, tunggu sebentar”, jawab ku
seraya berjalan keluar mengahampiri mereka yang telah bersiap sedari tadi.
“baiklah, mari kita berangkat”,
seru ibu sembari menggandengku.
Lama kami berjalan-jalan, hingga
tepat seperti di sebuah studio yang sangat besar. Dan keheranan ku semakin
bertambah ketika aku melihat poster Bigbang bertebaran di mana-mana. Sekilas ku
membacanya.
“Alive Tour !!”, lirih ku. Sejenak
ku berfikir dan merangkaikan berbagai kemungkinan. Aku tersentak, tidak percaya
dengan semua ini.
“sayang, ini untuk mu !”, seru
ayah seraya menyerahkan secarik kertas. “ini tiket untuk mu, bukan kah selama
ini kau selalu ingin bertemu dengan idolamu itu kan, nah ayah mendapat kan
tiket ini dari salah satu client ayah”, terang beliau.
“jadi, kyaaa…terima kasih yah,
terima kasih”, kataku sembari menghambur ke pelukannya. Tak terasa, dua bulir
bening turun dari sudut pelupuk mata ku. Aku menangis, yah menangis, tapi bukan
tangisan sedih melainkan tangisan bahagia penuh syukur atas kejutan-kejutan
ini.
Aku masuk dan mengantri di bagian
loker pengembalian tiket pengantrian. Masuk dan meliahat sekeliling studio.
Sangat megah, aku tak pernah membayangkan akan semeriah ini konser idolaku. Aku
terbuai, terbuai dengan segalanya. Bertemu sesorang yang hampir membuatku putus
asa, dan mengubur impian yang setinggi langit itu.
Kini 5 orang cowok penuh charisma,
dan super talenta berdiri di hadapan kami semua para VIP. Yup, VIP adalah nama
sebutan bagi para fans Bigbang dan aku adalah salah satu bagian dari mereka.
Mereka menghipnotis seluruh penonton yang hadir di sini dengan beberapa
sentuhan lagunya. Tak luput satu mata pun yang tidak memandangi mereka. Sekali
lagi ku meneteskan air mata, air mata yang tak akan ada seorang pun bisa
menafsirkannya.
Kini hanya dengan melihat mereka
bernyanyi, menari, dan tertawa bersama sudah membuat hidupku sangat bahagia.
Dihari ini, saat ini, diusiaku yang ke 16 tahun aku melihat mereka. Bukan lagi
melihat mereka melalui perantara tetapi dapat melihat mereka secara langsung
dan juga begitu jelas. Aku harap ini bukanlah mimpi seorang gadis yang baru
berusia 16 tahun, tetapi sebuah kenyataan yang tak sanggup tuk dijelaskan
dengan sekata pun. Hadiah ulang tahun yang akan selalu terkenang di dalam long
term memorial ku selamanya !!
»The
End«