Selasa, 09 April 2013


a girl with beautiful day
(sequel of a fools only tears)
28 adalah sebuah angka biasa bagi orang-orang. Juli adalah bulan ke 7 dalam setiap tahunnya, dan orang juga akan menganggapnya biasa. 1996 adalah 16 tahun yang lalu. Jika ketiga angka di atas dirangkaikan akan membentuk sebuah tanggal 28 7 1996. Orang pasti akan menganggap itu sebagai hal biasa. Namun tidak dengan ku. Tanggal di atas adalah tanggal yang sangat bersejarah bagi gadis remaja seperti diri ku. Karena disaat itulah, hari pertama ku menjalani kehidupan di dunia sebagai seorang bayi perempuan kecil yang akhirnya akan tumbuh menjadi gadis dewasa yang penuh dengan cita-cita.
~KEISYA DEVI AURORA PUTRI~
~18 7 2012~
Aku nampak galau dan sesekali memandangi sebuah kalender yang terdapat di aplikasi ponsel ku. Masih teringat jelas beberapa bulan yang lalu, aku mendapat sebuah berita yang sukses membuat ku berhari-hari galau. Yap…kalian sudah tahu tentu saja ini karena Bigbang, idolaku. Idola yang selalu membuat ku galau. Aku sendiri pun tidak tahu mengapa aku bisa suka pada mereka, padahal jika dilihat mereka sering sekali membuat ku galau, bahkan menangis. Di dunia ini mana ada seorang idola yang membuat fansnya menangis kecuali Bigbang. Dan bodohnya lagi aku tidak bisa membencinya, membenci orang-orang yang selalu membuat ku menangis.
Aku duduk di bawah pohon beringin yang rindang sembari memikirkan hal-hal yang selalu membuat ku galau. Meskipun aku sudah bisa sedikit demi sedikit melupakan segala kegusaran ku, namun aku merasa bahwa kegusaran ku yang satu ini tidak dapat ku lupakan bahkan lenyap dari pikiran ku. Sekarang tanggal 18 7 2012, sepuluh hari ke depan adalah 16 belas tahun sudah ku mengarungi kehidupan sebagai seorang gadis. Menjadi seorang gadis remaja yang penuh dengan angan-angan setelah mengenal Bigbang tiga tahun yang lalu.
“Devi !!”, seru seseorang seraya melambaikan tangannya padaku. Aku menoleh ke arahnya dan ku lihat Hellen, Elis, Eka, dan juga Reva yang berjalan berbarengan ke arah ku. Sesaat aku menyunggingkan senyum simpul ku kepada mereka dan tetap memperhatikannya sampai mereka tiba di tempat ku duduk.
“Vi !! lagi nagapain ??”, tanya Reva, padaku seraya menyambar ponsel yang tadi ku pegang.
“ohh…tidak, aku sedang tidak melakukan apa-apa. Hanya duduk menikmati angin yang bertiup sepoi-sepoi, sangat nyaman !!”, jawab ku.
“ehh,,,Vi, udah tahu berita belum ??”, tanya Eka padaku. Aku hanya menatapnya heran yang berisyarat bahwa aku tidak mengerti dengan apa yang Eka katakan. “kau tahu kan bahwa akan ada pengkaderan yang diladakan sekolah bagi siswa baru dan siswa lama yang belum mengikutinya !!”, lanjutnya.
“hmm…iya, I know, why ??”, tanya ku.
“itu akan diadakan pada tanggal 25-28 bulan ini !!”, jawab Elis antusias. Mendengar itu aku hanya diam dan tak menanggapi apa-apa. Ya…Allah, itu berarti aku tidak akan merayakan ulang tahun ku bersama keluarga ku. Sesaat itu, sudah ada Raisya dan juga Ekky yang bergabung dengan kami. Entah sejak kapan mereka datang.
“Vi,, kamu kenapa ?? kok gusar banget ??”, tanya Raisya sembari duduk di samping ku.
“ahh..Tidak, aku hanya memikirkan tanggal diadakannya pengkaderan di sekolah kita”, jawab ku sembari lagi-lagi tersenyum simpul.
“ohh..Vi, itu ulang tahunmu kan ?? tanggal 28 bulan ini benar kan !! aku baru mengingatnya !!”, seru Hellen angkat bicara yang sedari tadi hanya diam.
“waahh…benar unnie itu ulang tahun mu, terus apa hubunganya dengan pengkaderan ??”, tanya Raisya yang ternyata masih bingung dengan maksud Hellen.
“eohh…hubungannya adalah pengkaderan akan dilaksanakan pada tanggal 25-28 bulan ini, itu artinya ulang tahun Devi pas hari terkhir pengkaderan itu”, jawab Hellen. Sejenak mereka hanya terdiam sembari memperhatikan ku. Aku masih diam sembari memandang kosong ke segala arah.
“Hai..Vi, melamun lagi !!”, kata Ekky sembari mengguncangkan bahuku.
“hmmm…ada sesuatu yang tak beres dengan mu unn, ini pasti bukan itu, ada apa katakanlah unn ??”, desak Raisya pada ku dan dibarengi anggukan yang lainnya.
“hufftt..aku hanya berfikir tentang harapan ku nanti di ulang tahun ku, kalian tahu kan aku ini seorang gadis remaja dengan penuh angan-angan dalam hidupku”, jawab ku.
“eohh..memang apa harapan mu nanti di hari ulang tahun mu ??”, tanya Ekha penasaran.
“ya…elah…bagaimana sih kamu, jika diberi tahukan harapan itu tidak akan terkabul !!”, sela Ekky.
“isshh…tapikan tidak selamanya seperti itu !!”, sangkal Ekha. “Devi ayo, beri tahu harapan mu ke kita !!”, lanjut Ekha.
“Jangan Vi, jangan nanti harapan mu tidak terkabul”, kata Ekky lagi. Sesaat kemudian yang lain sudah ikut memperdebatkan tentang harapan ku. Aku hanya terkekeh melihat tingkah mereka yang kocak. Daripada perdebatan ini berlanjut ku putuskan untuk memberi tahu mereka.
“hei…ok, stop…stop !! harapan ??!!! harapan ku di ulang tahun ku nanti hanya satu. Aku hanya ingin Allah mempertemukan ku dengan Bigbang di hari special ku”, jelas ku pada mereka. Mereka hanya terdiam sembari menatap ku dengan iba. Yah…aku tahu mereka pasti berfikir bahwa aku selalu bermimpi untuk bertemu dengan Bigbang.
“ya…ampun Vi, kamu masih saja galau dengan berita kedatangan Bigbang ??”, tanya Hellen padaku.
“heii…kedatangan Bigbang di Jakarta itu tanggal 13 dan 14 oktober, lagian itu juga bertepatan dengan hari ulang tahun mu, tapi yang ku inginkan itu tanggal 28 juli”, sangkal ku.
“bagaimana bisa ?? ya…ampun Vi…Vi, kamu ini. Sudahlah lupakan Bigbang, impian mu itu terlalu tinggi. Kamu dan Bigbang itu ibarat langit dan Bumi !!”, saran Elis
“isshh…melupakan !! aku pun telah mencoba, tapi aku tak tahu mengapa aku tidak pernah bisa melupakannya. Aku merasa ketika aku melupakan Bigbang saat itu juga aku akan membunuh diri ku secara perlahan”, jelas ku.
“sudahlah unn. Serahkan segalanya kepada Allah, jika memang unnie sudah berusaha”, tutur Raisya. Sesaat itu juga bel berbunyi, pertanda pelajaran berikutnya akan segera dimulai.
*****
~27 7 1996~
Sudah tiga hari dua malam pengkaderan itu dilaksanakan, dan tentunya hari ulang tahun ku semakin dekat. Sepertinya yang mereka katakan itu benar. Aku terlalu banyak bermimpi dan berangan yang ku tahu itu mustahil. Entah mengapa semenjak aku mengenal Bigbang impian dan angan ku semakin bertambah 2x lipat. Seperti biasa, pagi ini aku kembali terduduk dalam diam sembari mentap layar ponsel ku dan berharap keajaiban datang tepat pada tangal 28. Yah…benar bertemu dengan Bigbang tepat di hari ulang tahun ku, aku rasa itu sangat mustahil. Namun, keteguhan hati ku tak pernah menyurutkan keinginan ku untuk bertemu dengan mereka.
Lama aku terdiam dalam hening dan tetap memohon memanjatkan seutas do’a agar aku dapat bertemu dengan Bigbang. ‘Kyori kago bomi chajeoyeo iruem senggil ko, geureum soge momi maeum dwereojyeo…I’m singing ma blues !!’ begitulah bunyi nada dering dari ponsel ku yang memecah keheningan dan membangunkan ku dari lamunan ku. Ku lihat di layar ponsel ku tertera nama ibu ku. ‘ibu ?? mengapa ibu menghubungi ku ??’, timbul pertanyaan di benak ku.
“assalammualaikum ibu ada apa ??”, tanya ku segera setelah mengangkat telpon beliau.
‘waalaikumsalam, ahh…tidak aku hanya ingin bertanya, apakah kegiatan pengkaderan mu itu belum selesai ?? jika belum kapan selesai ??’, tanya beliau. Aku heran tidak biasanya ibu bertanya seperti ini pada ku.
“eohh…belum bu, belum selesai ! masih ada satu hari, sepertinya besok baru selesai”, jawab ku dengan masih diselimuti rasa heran sekaligus bingung.
‘ahhh…tidak bisakah kau pulang hari ini ??’, tanya ibu ku lagi. Ada apa sebenarnya, mengapa ibu bertanya seperti itu. Semakin lama rasa penasaranku semkin memuncak.
“entah lah aku tidak tahu !! memangnya apa yang sudah terjadi ??”, tanya ku semakin penasaran.
‘ceritanya panjang !! lebih baik kau pulang terlebih dahulu, setelah itu ibu akan menjelaskan semuanya !!’, terang ibu ku. Ahhh…bagaimana ini ?? pulang ??!! apakah itu diperbolehkan ?? selain itu aku ini seorang panitia !!.
“ya..sudah nanti aku akan mencoba meminta izin pada senior !!”, seru ku.
‘kalau begitu pulang hari ini, harus hari ini !!’, tutur ibu ku lagi. ‘assalammualaikum!!’, sambung ibu ku.
“walaikumsalam !!”, jawab ku sembari mengakhiri panggilan ibu. Masih terpikir di otak ku apa yang harus ku lakukan ??. Ya…Allah, apa yang harus ku lakukan ??.
*****
Setelah meminta izin pada senior, aku bergegas memberesi barang-barang ku dengan perasaan khawatir, tegang, bingung, dan juga penasaraan. Semuanya teraduk menjadi satu dalam hati ku. Dengan jalan yang sedikit terengah ku arahkan pandangan ku ke sekeliling halte bus. Setelah bus sampai, aku segera naik dan mencari tempat duduk. Di dalam bus aku hanya memikirkan kira-kira apa yang akan dijelaskan oleh ibu ku. Setelah sampai di halte bus berikutnya yang memang letaknya tak jauh dari rumah, ku langkahkan kaki ku menuju rumah. Dengan perasaan khawatir ku membuka pintu.
“assalammualaikum !!”, seru ku sembari masuk ke dalam rumah.
“waalaikumsalam !! Devi kamu sudah pulang ??”, jawab ibu ku dari dalam rumah.
“ibu, sebenarnya ada apa sih ?? mengapa ibu tak menunggu ku sampai besok pulang !!”, kata ku yang memberondonginya dengan berbagai pertanyaan. Memuncak sudah rasa penasaran ku, yang tak dapat ku tahan dari loncatan hati ku.
“ayah mu !!”, jawab ibu singkat.
“ayah !!?? memangnya apa yang terjadi dengan ayah ??”, tanya ku semakin penasaran.
“kau tahu kan ayah mu sedang mengadakan perjalanan bisnis ke Goungzhuo China beberapa hari yang lalu ??!! beliau jatuh sakit di sana dan kita harus segera menyusulnya”, jelas ibu ku. Entah bagai petir yang menyambar hati ku dan bagaikan pelumas yang melemaskan sendi-sendi ku. Aku tak dapat mengatakan apa-apa bagai mulut yang bisu. Benarkah itu Ya…Allah, ayah sakit dan itu disaat aku akan menambah usia ku, bisikku pada Allah dalam hati ku. Aku hanya diam bediri dengan pikiran tak menentu.
“lebih baik sekarang kamu bereskan barang-barang mu kita akan berangkat hari ini !!”, titah ibu pada ku. Aku menuruti apa yang ibu katakan sembari berjalan dengan pikiran yang masih tak menentu. Ya…Allah, sembuhkan ayah ku segera, aku merindukannya, jangan biarkan dia jatuh sakit disaat aku berulang tahun, bisik ku lagi dalam doa ku.
Semua telah selesai ku bereskan, aku berjalan sembari membawa barang-barang ku keluar rumah. Aku menatap ibu ku nanar, dengan penuh kekecewaan. Entah apa yang mendorong air-air bening ini untuk turun dari pelupuk mata ku dan membasahi pipi serta blous yang ku pakai.
“sayang !! tenang saja, tidak akan ada sesuatu yang terjadi pada ayah, ayah akan baik-baik saja, kita berdoa kepada Allah, semoga Allah menjaga ayah mu !!”, tutur ibuku sembari mengusap-usap rambut ku halus. Sedetik aku pun sudah berhambur, tenggelam dalam pelukan ibu ku. Aku tahu ibu berkata seperti itu untuk menghiburku dan juga agar aku tidak terlalu khawatir. Andai ayah yang sedang membelai ku.
*****
~28 07 2012~
Cuaca yang tidak begitu dingin di kota Gongzhuo China. Yap, di sinilah aku sekarang berada di Negara Tirai Bambu untuk menjenguk sekaligus menjemput ayah ku yang sakit.
‘China’s international Airport’, begitulah aku membaca papan besar yang terletak di depan pintu keluar dan juga tentunya pintu masuk. Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 6 jam, aku sudah berada di sini China, untuk menjenguk sekaligus menjemput ayah. Ya…Allah, aku harap ayah tidak ada sesuatu yang terjadi pada ayah ku. Aku terus meminta dan meminta agar Allah mengabulkan doa ku, doa pertama yang ku panjatkan pada waktu pergantian hari, pergantian hari ke ulang tahun ku.
Selama menuju hotel tempat ayah beristirahat, tak henti-hentinya ku panjatkan doa, sepanjang perjalanan. Setelah sampai di hotel yang kami maksud, hati ku merasa berat ketika menerawang hotel itu. Sekali lagi aku berdoa di ulang tahun ku, Ya Allah aku harap ketika bertemu dengan ayah tidak terjadi apa-apa padanya. Ku langkahkan kaki ku menuju ke hotel. Aku berjalan mengekori ibu dan menatap ke tanah tempat ku berpijak.
“bu, mengapa ayah tidak dirawat di rumah sakit ??”, tanya ku heran. Benarkan, seharusnya orang yang sakit mesti dirawat di rumah sakit, tapi mengapa ayah tidak dirawat di rumah sakit malah dirawat di sebuah hotel.
“entahlah, ibu juga tidak tahu sayang !! kita doakan, saja semoga penyakit ayah tidak terlalu parah !!”, seru eomma ku. Yap…aku berharap Ya Allah. Hanya engkaulah Maha Mengetahui, lagi Maha Penyayang.
Kami berdua berjalan, melewati koridor dan menaiki sebuah lift. Ibu menekan angka 7, itu berarti kamar ayah, terletak di lantai 7. Setelah sampai di lantai 7, kami berdua berjalan mencari no kamar yang tertera pada secarik kertas. Sejenak ku melirik kertas itu, dan akhirnya ibu menemukannya. Yap…kami berdua sekarang tepat berada di depan kamar bernomer 287. Hatiku bergetar hebat ketika ibu hendak memencet bel. Aku tidak kuat, tidak kuat melihat kenyataan orang yang sangat ku sayangi sedang terbaring lemah di dalam dengan selang infuse yang mengaliri vitamin sekaligus obat mesuk ke dalam tubuhnya. Ya…Allah, ku mohon kuatkan aku, kuatkan hati ku.
‘cleekk
Ibu membukanya, dan kami berdua pun masuk. Ku telisik ruangan itu, tak terlihat batang hidung siapa pun di sini. Tepatnya lagi, ruangan ini seperti tak berpenghuni. Aku dan ibu ku terus melangkah menelusuri kamar ini, dan mencari di mana ayah ku.
“eeoohh, kalian sudah datang”, pekik seseorang yang keluar dari arah dapur yang masih lengkap menggunakan celemek memasak. Degh’!!. Apa ini ?!? ayah tidak kenapa-kenapa. Malahan ia dengan sehatnya berdiri di depan ku dan dengan ekspresi ceria.
“mengapa ayah memasak, jika ayah sakit kan bisa panggil sekretasis ayah, atau asisten ayah, mengapa ayah malah memaksakan diri seperti ini ??”, tukas ku seraya melepas celemek yang ayah kenakan tadi dan menyuruhnya untuk duduk di sofa.
“tunggu !! sakit ??”, tanya ayah yang seakan tak mengerti dengan keadaannya. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan beliau. Ibu memandang ayah dan tersenyum renyah.
“sayang, ayah tidak sakit. Ayah baik-baik saja, dan lihat ayah sehat kan !! tidak terlihat sedikit pun sakit”, terang beliau seraya mengusap kepala ku yang terbalut sebuah jilbab yang senada dengan baju yang aku kenakan.
“tapi, tapi.. ibu bilang kalu ayah sakit, dan kita harus menyusul ayah ke sini !!”,sangkal ku.
“hahaha..sudahlah ayo kita makan !! eoh..iya Selamat Hari jadi mu yang ke 16 nak, ayah harap Allah memberikan yang terbaik untuk mu, ayah sayang pada mu nak”, kata beliau seraya menarik ku ke dalam pelukannya.
“iya sayang, selamat ulang tahun, maafkan ibu yang membuat mu menangis di hari ulang tahun mu”, kata ibu ku yang juga memeluk ku dan mencium pipi ku. Apa ini ?? jadi mereka berbohong.
“kalian jahat…”, kata ku meninggalkan mereka berdua menuju balkon. Ya Allah, mengapa mereka melakukan itu. Mengapa ibu bohong pada ku, aku sayang mereka dan mengapa mereka hampir saja membuat ku mati karena penyakit jantung.
“sayang maafkan ibu. Ibu tidak bermaksud membohongi mu sayang. Ibu tahu, ibu salah membuat mu menangis di hari yang paling berharga bagi mu”, kata beliau yang langsung membelai rambut ku dari belakang.
“iya ibu. Ibu tidak salah kok !! aku merasa bersyukur karena Allah benar-benar Maha Adil, memberikan ku orang tua seperti kalian yang menyayangi ku. Aku mengira hari ini aku tidak bisa merayakannya bersama kalian”, kata ku yang sedetik itu menghambur ke pelukannya. Dan mulai terisak.
“sudah sayang jangan menangis, kita makan dan nanti setelah maghrib kita jalan-jalan”, saran ibu pada ku. Aku mengangguk dan mengikuti ibu ke meja makan.
*****
Maghrib pun tiba, aku bersama dengan keluarga ku shalat berjamaah. Dalam sujud ku, aku berdoa, bersyukur dengan semua nikmat yang telah Allah berikan kepada ku, yaitu keluarga yang sangat menyayangi ku.
“sayang, kamu sudah siap ??”, panggil ayah kepada ku.
“ya..yah, tunggu sebentar”, jawab ku seraya berjalan keluar mengahampiri mereka yang telah bersiap sedari tadi.
“baiklah, mari kita berangkat”, seru ibu sembari menggandengku.
Lama kami berjalan-jalan, hingga tepat seperti di sebuah studio yang sangat besar. Dan keheranan ku semakin bertambah ketika aku melihat poster Bigbang bertebaran di mana-mana. Sekilas ku membacanya.
“Alive Tour !!”, lirih ku. Sejenak ku berfikir dan merangkaikan berbagai kemungkinan. Aku tersentak, tidak percaya dengan semua ini.
“sayang, ini untuk mu !”, seru ayah seraya menyerahkan secarik kertas. “ini tiket untuk mu, bukan kah selama ini kau selalu ingin bertemu dengan idolamu itu kan, nah ayah mendapat kan tiket ini dari salah satu client ayah”, terang beliau.
“jadi, kyaaa…terima kasih yah, terima kasih”, kataku sembari menghambur ke pelukannya. Tak terasa, dua bulir bening turun dari sudut pelupuk mata ku. Aku menangis, yah menangis, tapi bukan tangisan sedih melainkan tangisan bahagia penuh syukur atas kejutan-kejutan ini.
Aku masuk dan mengantri di bagian loker pengembalian tiket pengantrian. Masuk dan meliahat sekeliling studio. Sangat megah, aku tak pernah membayangkan akan semeriah ini konser idolaku. Aku terbuai, terbuai dengan segalanya. Bertemu sesorang yang hampir membuatku putus asa, dan mengubur impian yang setinggi langit itu.
Kini 5 orang cowok penuh charisma, dan super talenta berdiri di hadapan kami semua para VIP. Yup, VIP adalah nama sebutan bagi para fans Bigbang dan aku adalah salah satu bagian dari mereka. Mereka menghipnotis seluruh penonton yang hadir di sini dengan beberapa sentuhan lagunya. Tak luput satu mata pun yang tidak memandangi mereka. Sekali lagi ku meneteskan air mata, air mata yang tak akan ada seorang pun bisa menafsirkannya.
Kini hanya dengan melihat mereka bernyanyi, menari, dan tertawa bersama sudah membuat hidupku sangat bahagia. Dihari ini, saat ini, diusiaku yang ke 16 tahun aku melihat mereka. Bukan lagi melihat mereka melalui perantara tetapi dapat melihat mereka secara langsung dan juga begitu jelas. Aku harap ini bukanlah mimpi seorang gadis yang baru berusia 16 tahun, tetapi sebuah kenyataan yang tak sanggup tuk dijelaskan dengan sekata pun. Hadiah ulang tahun yang akan selalu terkenang di dalam long term memorial ku selamanya !!
»The End«